(Ilustrasi Gambar: google.com)
Oleh: MHD Zakiul Fikri
UII adalah mitra kritisnya kekuasaan, bukan lawannya. Lebih jauh, UII adalah karib kritisnya negara.
Persoalan
nasional Indonesia beberapa waktu terakhir memprihatinkan. Misal ya, mulai dari
perkara SKS (Sistem Kebut Sepekanan) terhadap pengesahan deretan RUU yang oleh
beberapa penganalisa memiliki kecacatan hukum, kebohongan-kebohongan publik
para pejabat dan politisi, pengrusakan baku mutu lingkungan hidup secara
tersistematis dan berkelanjutan, serta segala macam persoalan lainnya (termasuk
isu tali ban, Anti-NKRI, makar, serta "Saya Indonesia, Saya
Pancasila"). Kompleks sudah nasib masalah di negeri ini.
Kita pun,
sebagai manusia, maklum bagaimana capeknya (atau mungkin lagi mabuk alias
teler) para tokoh nasional di pusat dalam menghadapi suasana tersebut.
Karenanya, peristiwa plonga-plongo (kebingungan), keterburu-buruan, kesan akan
asal-asalan dalam mengambil kebijakan menjadi sukar dihindarkan. Sebab 'capek,'
atau buruk-buruknya lagi teler, maka besarlah pengaruhnya terhadap konsentrasi
pekerjaan dan produksi hasil dari pekerjaan tersebut. Itulah sekelumit, yang
barangjadi, penyebab fenomena akhi-akhir ini terjadi.
Fenomena
tersebut menggugah renung batin orang yang masih peduli akan nasib baik negeri
ini, baik rakyat Indonesia umumnya dan dunia kampus khususnya, untuk mengambil
langkah. Langkah ini harus diartikan sebagai 'penyengat' agar konsentrasi para
tokoh nasional yang sebelumnya buyar kembali tercerahkan. Namun, tampak tidak
semua kita searti dengan makna 'penyengat' ini. Ada pula yang memaknainya
sebagai 'perusuh', 'perusak', 'penghancur', dan bahkan 'pembunuh'. Arti ini terutama
dijangkiti oleh para elit pusat yang sedang tak fokus.
Sayangnya makna
skeptis 'penyengat' oleh kalangan tokoh nasional ditularkan pula ke dalam
batang tubuh kampus-kampus yang dapat mereka kooptasi atau yang mengkooptasikan
dirinya. Dampaknya, terciptalah teler berjamaah di kalangan kampus. Yang
terjadi kemudian, kampus yang semestinya menjadi tempat pencerah dan penyemai
segala persoalan kebangsaan. Kini, jadi malah ikut dalam kelamnya dogma
kekuasaan yang sedang mabuk.
Bung, meskipun
beberapa kampus memilih bungkam akan persoalan kebangsaan dewasa ini. Tetap
saja, ada kelompok 'kecil' yang memberi warna. Yang membangkitkan lagi
pandangan optimis bahwa ruang akademis yang kritis itu belum pudar. Kampus itu
salah satunya, UII. Satu dari sekian kampus tertua di Indonesia, yang didirikan
oleh para Founding Fathers Republik Indonesia beberapa waktu sebelum proklamasi
tahun 1945 dikumandangkan.
Anda jangan
pikir UII sedang 'cari panggung' karena adanya term 'kecil' yang kami tulis di
atas ya. Tidak bung, sekali pun tidaklah demikian. UII sudah besar, so tak lagi
perlu mencari-mencari ruang untuk kebesarannya. Kalau mau lebih mengenal
pergulatan sejarah peran UII terhadap perjuangan, mempertahan, serta dalam
mengisi kemerdekaan republik ini, silahkan membaca buku-buku atau artikel
sejarah tentangnya (titik). Jadi, term 'kecil' ini maksudnya bagaimana? Yakni
kelompok yang memilih berbeda dari yang umumnya terjadi. Yang berdiri di atas
sikap independensi iman dan kesadaran intelektualnya. Layaknya kelompok kecil
yang dikisahkan dalam Al-Qur'an Surah 3:104.
UII adalah
kelompok kecil yang sedang menunaikan tugas pengabdiannya, yang kali ini,
selaku 'penyengat'. Sebagai 'penyengat' UII tentu saja tampil dengan ciri
khasnya, yaitu KKS (kritis, konstitusional, dan santun). Tiga hal itu merupakan
penjabaran dari nilai Islam dan Keindonesiaan yang telah mengakar sejak ia
masih di rahim sebelum lahir 74 tahun silam. Dengan demikian apakah tindakan
UII dalam menyikapi isu nasional dapat diartikan memberontak terhadap kekuasaan
yang ada saat ini?
Apakah anda
sudah membaca kebijakan-kebijakan yang dibuat UII mengenai peristiwa nasional
akhir-akhir ini? Misalkan terkait aksi #GejayanMemanggil yang oleh kebanyakan
kampus di Jogja memilih untuk tidak terlibat dengan mengorbitnya surat dari
masing-masing institusi. UII lewat Surat Edaran Rektor No.
2669/Rek/10/SP/IX/2019 dengan tegas menyatakan mendukung aksi tersebut.
Apakah UII
hendak merongrong kekuasaan elit nasional karena tindakan itu? Apakah UII tersusupi
Taliban yang tengah marak dibicarakan? Atau UII sendiri yang sudah menjadi
Taliban sehinga jangan-jangan aksi tersebut disusupi oleh UII? Eits, tunggu
dulu bung. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah wujud ahistori dan bertentangan
dengan ciri khas KKS serta nilai yang diamini UII. Lihat dulu isi Surat Edaran
Rektor tersebut. Empat poin utama yang disampaikan dalam surat itu diantaranya;
1) dukungan ini sebagai bentuk kepedulian terhadap persoalan kebangsaan serta
ikhtiar menyuarakan aspirasi melalui berbagai kanal konstitusional, 2) tidak
melarang mahasiswa untuk aksi selama tidak melanggar hukum, 3) melakukan kajian
terlebih dahulu secara matang sebelum aksi, dan 4) percaya kepada organisasi
keluarga mahasiswa UII untuk mengawal jalannya aksi. Dan bila kesemua poin
tersebut tak terpenuhi, UII melarang keterlibatan mahasiswanya terhadap aksi.
Lihat, asik bukan caranya UII? Memang begitulah UII. Dia akan tetap
menjadi simbol kekritisan Jogja nan santun. Singkirkan dikte-dikte anda soal
UII adalah kampus makar, misalkan, atau apalagi kampus taliban, kalau ada
misalnya ya. Tentu saja tidak bung, UII bukanlah kampus kelompok makar dengan
segudang agenda yang hendak merongrong kekuasaan nasional saat ini. Sebab UII
adalah mitra kritisnya kekuasaan, bukan lawannya. Lebih jauh, UII adalah karib
kritisnya negara. Sebagai mitra atau karib, biar UII menjalankan tugasnya.
Agar, insha Allah, jalannya roda kenegaraan tetap balance dan para elit
nasional dapat tersadar bila masanya mereka oleng kek yang akhir-akhir ini
terjadi.
Oh ya, sejujurnya di UII ada banyak tali ban lo. Yap, tali ban motor,
tali ban sepeda, dan tali ban mobil. Gitu ya. Terakhir, saudara-saudara
kita di Ambon sedang menghadapi masa-masa sulit dengan adanya peristiwa gempa
bumi. UII sudah membuka ruang donasi untuk membantu suadara-saudara kita di
sana. So, bagi bung-sarinah, sahabat-sahabati, ikhwan-akhwat, Immawan-Immawati
atau kando-yundo sekalian yang hendak berkontribusi bolehlah menghubungi
langsung pihak kampus. Mari bersama-sama do'akan dan sertakan kontribusi
terbaik untuk saudara kita di Ambon, dan untuk negeri ini umumnya.
1 comments
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
ReplyDelete