Modal Sosial dan Pengaruhnya

ilustrasi gambar: socialcapitalresearch.com


Gambaran modal sosial ini seperti pepatah Inggris yang mengatakan, it is not what you know that counts, but who you know (yang penting bukanlah apa yang kamu ketahui, tetapi siapa yang kamu kenal).”
Ketika membicarakan modal sosial, hal apa yang kali pertama terbit di benakmu? Mengenai tema modal sosial ini, ternyata, sudah lama menjadi perbincangan di kalangan ilmuwan sosial, salah satunya John Field. Ia menulis khusus sebuah buku dengan judul Social Capital yang pada tahun 2003 diterbitkan Routledge. Field menjelaskan bahwa tesis sentral mengenai teori modal sosial dapat diringkas dalam dua kata: soal hubungan. Orang berhubungan melalui serangkaian jaringan dan mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lain dalam jaringan tersebut, sejauh jaringan itu menjadi sumber daya, ia dapat dipandang sebagai modal.
Untuk mewujudkan berbagai hal, orang seringkali melewatkan sistem formal dan berbicara dengan orang yang mereka kenal untuk meminta bantuan. Tindakan itu dipercaya jauh lebih mudah daripada berurusan dengan birokrasi dan tampak membuahkan hasil yang lebih cepat serta memuaskan. Itulah mengapa modal sosial penting, ungkap Field. Gambaran modal sosial ini seperti pepatah Inggris yang mengatakan, it is not what you know that counts, but who you know (yang penting bukanlah apa yang kamu ketahui, tetapi siapa yang kamu kenal).
Bahkan Putnam, seperti dikutip Field, menyebut social capital is a Good Thing and that its collapse is a Bad Thing (modal sosial adalah Hal Baik dan kehancurannya adalah Hal Buruk). Gagasan sentral modal sosial adalah bahwa jaringan merupakan aset yang sangat bernilai yang mendorong orang bekerjasama satu sama lain untuk memperoleh manfaat timbal balik. Field mengutip pendapat Michael Woolcock yang membuat pemisahan modal sosial ke dalam tiga tipe, seperti: 1) modal sosial mengikat (bonding social capital) yakni ikatan orang dalam situasi sama seperti keluarga dekat dan teman akrab, 2) modal sosial yang menjembatani (bridging social capital) yang mencakup ikatan yang lebih longgar dari beberapa orang seperti teman jauh dan rekan kerja, dan 3) modal sosial yang menghubungkan (linking social capital) yang menjangkau orang-orang yang berada pada situasi berbeda.
Modal sosial dipercaya memiliki dampak baik terhadap prestasi pendidikan, ekonomi, kesehatan hingga meredam kejahatan. Temuan-temuan penelitian, demikian Field, menunjukkan bahwa mereka yang memiliki nilai dan cita-cita lebih tinggi secara umum memiliki tingkat modal sosial yang lebih tinggi pula. Hal ini selain karena dukungan psikologis positif yang didapat oleh si anak, tetapi juga karena akses terhadap instrumen dan sumber daya yang berkualitas dalam menunjang pendidikannya. Selain itu, modal sosial dalam pendidikan juga akan berwujud, di mana teman-teman sekolah tumbuh bersama-sama dan beberapa individu dari masing-masing kelompok terus berhubungan.
Dalam hal ekonomi, luasnya jaringan pribadi individu maupun keluarga membawa dampak positif dalam mendapatkan kerja. Mereka yang memiliki hubungan yang baik tidak hanya cenderung memperoleh pekerjaan yang dicari tetapi juga lebih aktif ketika bekerja. Selain itu, jaringan dipandang penting bagi keberhasilan bisnis. Ia berfungsi sebagai sumber informasi berharga dalam mengidentifikasi dan menggali peluang bisnis, mempermudah terhadap akses keuangan, dan dalam hal aset pasar dan tenaga kerja, perekrutan lewat modal sosial menunjukkan loyalitas dan komitmen lebih besar daripada yang mungkin terjadi dengan orang yang sama sekali asing. Juga, hubungan bisnis dalam skala besar yang terjadi antar perusahaan tidaklah semata-mata bergantung pada mekanisme dan prosedur formal, seperti kontrak hukum atau perjanjian, yang berjalan lambat dan mahal. Namun, kepercayaan yang terkandung dalam modal sosial antara perusahaan seringkali memiliki peran yang signifikan untuk memangkas hal tersebut.
Salah satu hasil penelitian yang dikutip oleh John Field menyebut masyarakat dengan jaringan sosial yang kuat memiliki angka kematian setengah atau sepertiga dari masyarakat yang ikatan sosialnya lemah. Ada empat alasan yang menjelaskan mengapa modal sosial berpengaruh terhadap kesehatan, Field mengutipnya dari Putnam, yaitu; 1) jaringan sosial dapat memberikan bantuan material nyata, yang pada gilirannya akan mengurangi stress, 2) mereka dapat menegakkan norma hidup sehat, 3) mereka dapat melakukan lobi lebih efektif untuk mendapatkan layanan medis, dan 4) interaksi itu membantu menstimulasi sistem kekebalan tubuh.
Kemudian, modal sosial dapat dipandang sebagai satu di antara sekian faktor yang membantu memengaruhi jumlah aktivitas kejahatan dalam suatu komunitas. Ia, modal sosial, dapat menggerakkan masyarakat untuk mengembangkan dan memelihara ikatan sosial secara efektif sehingga dapat menekan angka kejahatan.
Selain berdampak positif, Field menjelaskan modal sosial dapat berdampak negatif seperti membantu meneguhkan ketimpangan dan mendukung perilaku anti-sosial. Modal sosial pada prinsipnya cenderung mendorong kerjasama bagi tujuan-tujuan negatif dan positif. Yang baik bagi pemilik modal bisa jadi sepenuhnya buruk bagi pekerja dan konsumen, dan bisa juga bagi lingkungan yang lebih luas. Orang bekerjasama untuk mencapai tujuannya kadang-kadang dilakukan dengan mengorbankan orang lain. Itulah mengapa kemudian terdapat kesepakatan umum bahwa modal sosial dapat mengandung sisi gelap.

0 comments