Korp HMI-Wati Cabang Yogyakarta: Time to Rise!

ilustrasi gambar: dokumentasi HMI Cabang Yogyakarta


Oleh: MHD. Zakiul Fikri
Setidaknya, di dalam perjalanan kesejarahan Kohati terdapat benih-benih spirit, jiwa, budaya dan bahkan cita-cita ideal Kohati yang mungkin selama ini telah lama hilang ditelan zaman. Maka kepengurusan Kohati yang baru butuh untuk menggali kembali benih-benih positif itu, agar eksistensi Kohati terwujud sebagaimana mestinya.
Dinamika Kohati Cabang Yogyakarta 2018
Pada tanggal 27 Muharram 1440 H atau bertepatan dengan tanggal 07 Oktober 2018, bertempat di Ruang T.S II/11 Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, pelantikan Korp HMI-Wati (Kohati) Cabang Yogyakarta dilangsungkan. Pelantikan Kohati Cabang Yogyakarta kali ini bukanlah momen pelantikan sebagaimana biasanya. Sebab, dinamika pembentukan struktur organisasi Kohati Cabang Yogyakarta begitu alot dan memakan waktu yang tidak sebentar. Bayangkan saja, sejak formatur HMI Cabang Yogyakarta terpilih di bulan maret lalu, terhitung sudah hampir delapan bulan lamanya berlalu baru pelantikan Lembaga Khusus Kohati dapat dilaksanakan.
Pembentukan struktur kepengurusan yang panjang dan menguras energi ini disebabkan oleh dinamika struktur organisasi di batang tubuh HMI Cabang Yogyakarta periode lalu umumnya, dan Kohati Cabang Yogyakarta periode lalu khususnya. Tidak bisa ditutup-tutupi keadaan dan kenyataan yang terjadi di periode lalu. Selanjutnya, mengingat kembali tindakan yang diambil oleh formatur terpilih pada bulan maret lalu, sebagai usaha untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan struktur organisasi Kohati Cabang Yogyakarta. Dengan memberikan Surat Peringatan (SP) kepada segenap pengurus Kohati periode sebelumnya, agar kiranya melangsungkan Musyawarah Lembaga (Muslem) demi kelangsungan perkaderan dan perjuangan HMI di Lembaga Khusus Kohati Cabang Yogyakarta. Namun, hingga batas tenggang waktu SP 3 diturunkan, tidak ada gerak nyata dari pengurus sebelumnya untuk melangsungkan Muslem Kohati Cabang Yogyakarta.
Berdasarkan peristiwa di atas, maka formatur terpilih dengan support dari mide formatur plus HMI Cabang Yogyakarta mengambilkan sebuah kebijakan yaitu dengan mencukupkan masa pengabdian seluruh pengurus Kohati Cabang Yogyakarta Periode 1438-1439 H atau 2017-2018 M. Pencukupan masa bakti pengurus Kohati Cabang Yogyakarta Periode lalu itu dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Nomor: 01/A/KPTS/8/1439 tentang Pembekuan Struktur Pengurus Korp HMI-Wati Periode 1438-1439 H/ 2017-2018 M. Di dalam surat keputusan tertanggal 13 Sya’ban 1439 H atau 29 April 2018 M itu pula disebutkan secara eksplisit, “membekukan struktur pengurus Korp HMI-Wati Himpunan Mahasiswa  Islam Cabang Yogyakarta periode 1438-1439 H/ 2017-2018 M yang sekaligus menghapus secara keseluruhan hak dan kewajibannya sebagai pengurus Korp HMI-Wati Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Yogyakarta”. Dengan demikian, pembentukan struktur periode berikutnya berada dalam kewenangan formatur terpilih selaku Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta.
Setelah Struktur Pimpinan kepengurusan HMI Cabang Yogyakarta resmi dilantik pada tanggal 06 Mei 2018, yang bertempat di Auditorium Kantor Wilayah Kementerian Agama Republik Indonesia Jl. Sukonandi No. 8 Umbulharjo-Yogyakarta. Selanjutnya gerilya guna pembentukan struktur Lembaga Khusus Kohati Cabang Yogyakarta lebih giat dilakukan. Hampir semua pihak dalam struktur pimpinan HMI Cabang Yogyakarta dilibatkan untuk menemukan dan meminta kesediaan kader Kohati menjadi formatur Kohati Cabang Yogyakarta. Sebetulnya, bukan saja Lembaga Khusus Kohati yang belum terbentuk pada masa pelantikan struktur pimpinan di awal bulan Mei itu, tapi Lembaga Khusus Pengader Cabang (KPC) pun ikut belum terbentuk. Hanya saja, proses pergantian dan bergulirnya roda kepengurusan di KPC terbilang masih cukup baik sehingga masih bisa melangsungkan musyawarah KPC dan memilih formatur yang baru selaku Ketua KPC.
Singkat cerita, berkaitan dengan Kohati Cabang Yogyakarta, beberapa jalan sudah ditempuh dan beberapa opsi telah diajukan kepada sesama pengurus HMI; baik di struktur pimpinan atau pun di lembaga-lembaga yang sudah terbentuk. Maka memasuki bulan ketujuh semenjak formatur HMI Cabang Yogyakarta terpilih dan menjelang berlangsungnya Pleno II Pengurus HMI Cabang Yogyakarta hendak diambil sebuah kebijakan yaitu membekukan organisasi Lembaga Khusus Kohati Cabang Yogyakarta. Kebijakan itu diambil berdasarkan rekomendasi yang diajukan oleh Bidang Pendidikan dan Penyehatan Struktur Organisasi HMI Cabang Yogyakarta dan rencananya akan dikeluarkan pada saat Pleno II berlangsung. Konsekuensi dibekukannya Kohati Cabang Yogyakarta adalah tidak adanya kegiatan pendidikan ke-akhwat-an yang selama ini kewenangannya ada pada Lembaga Khusus Kohati Cabang Yogyakarta.
Detik-detik menjelang berlangsungnya Pleno II HMI Cabang Yogyakarta, barulah kemudian muncul nama saudari Diarama yang siap melanjutkan estafet pimpinan kepengurusan Kohati Cabang Yogyakarta. Bagaimana bentuk dinamika naiknya saudari Diarama menjadi formatur Kohati Cabang Yogyakarta, sejatinya tidaklah terlalu penting. Tapi yang jelas, ia terpilih dalam keadaan transfaran, akuntabel, dan demokratis. Sebab beliau diangkat dan ‘dibaiat’ lewat forum musyawarah akhwat di lingkungannya sendiri, kader Kohati Cabang Yogyakarta. Konsekuensi bersedianya saudari Diarama menjadi formatur Kohati, maka Lembaga Khusus Kohati Cabang Yogyakarta tidak jadi dibekukan.
Pasca Pleno II pengurus HMI Cabang Yogykarta, pengurus di struktur pimpinan HMI Cabang Yogyakarta bersama-sama berikhtiar membantu formatur Kohati Cabang Yogyakarta dalam menyusun struktur pengurus agar sekiranya pelantikan dapat dilangsungkan sesegera mungkin. Maka menjelang awal bulan oktober, draft struktur pengurus Kohati Cabang Yogyakarta telah selesai. Kemudian, diagendakanlah pelantikan Kohati Cabang Yogyakarta pada tanggal 27 Muharram 1440 H atau bertepatan dengan tanggal 07 Oktober 2018. Tema yang diangkat oleh kepengurusan Diarama cs adalah “Rekonstruksi Eksistensi Kohati Upaya Meneguhkan Kolektifitas Kader Akhwat”.

Rekonstruksi Eksistensi? Kohati Perlu Mempelajari Sejarahnya
Ya, eksistensi Kohati Cabang Yogyakarta perlu untuk direkonstruksi. Kiranya tepat tema yang diusung oleh teman-teman pengurus Kohati Cabang Yogyakarta periode 1439-1440 H/ 2018-2019 M. Mengapa perlu direkonstruksi? Hal yang paling utama ialah sebab spirit, jiwa dan budaya yang tidak baik di kepengurusan periode lalu perlu untuk dirubuhkan. Ingat, yang dirubuhkan ialah hal-hal tidak baiknya, lalu menggantinya dengan komponen-komponen yang lebih baik. Membangun ulang, dengan jalan mengganti unsur-unsur yang tidak baik di periode lalu, merupakan konfigurasi ikhtiar Kohati Periode 2018-2019 M untuk meneguhkan kolektifitas (baca: kekeluargaan) antar sesama kader akhwat di HMI Cabang Yogyakarta.
Dalam proses rekonstruksi eksistensi Kohati Cabang Yogyakarta, segenap pengurus perlu belajar kepada sejarah lahirnya Kohati. Oleh karenanya, eksplorasi referensi kesejarahan perlu dilakukan oleh pengurus Kohati Periode ini. Gerakan-gerakan literasi ke-Kohati-an perlu digalakkan secara serius, agar proses rekonstruksi bisa terjadi secara radix dan masif. Kalau bicara perihal sejarah, di HMI Cabang Yogyakarta sendiri Kohati kali pertama didirikan pada tanggal 24 Ramadhan 1385 H bertepatan dengan tanggan 17 Januari 1966 M. Hal itu didasarkan pada hasil sidang komisi khusus tentang peranan HMI-wati dalam perjuangan HMI dan umat Islam pada Konferensi Cabang ke-19.[2]
Ide pembentukan Kohati kali pertama lahir dari Musyawarah Kerja (Muker) Keputrian se-Jakarta oleh HMI Cabang Jakarta pada tanggal 12 Desember 1965, dengan maksud; Pertama, lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas anggota HMI putri dalam ikut serta melaksanakan cita-cita perjuangan bangsa melalui satu wadah, yakni HMI, dan Kedua, HMI-Wati menjadi kader-kader yang peduli terhadap keorganisasian, kemasyarakatan, sosial politik, serta bidang kewanitaan.[3]
Dalam perkembangan selanjutnya, Kohati nasional baru disepakati pembentukannya pada tanggal 17 September 1966 pada saat Musyawarah Nasional (Munas) I Kohati di Kota Solo. Musyawarah pertama Kohati ini dihadiri oleh organisasi ke-akhwat-an HMI dari berbagai cabang, yang pada masa itu masih memiliki beragam nama. Jadi, penyebutan Kohati di tiap-tiap cabang belum baku dan formal hingga hasil Munas I Kohati di Solo ditetapkan.[4] Latar belakang dibentuknya lembaga Kohati, sebagaimana dijelaskan oleh Agussalim Sitompul selaku sejarawan HMI, yaitu:
Pertama, Meningkatnya gerakan perjuangan bangsa dimana HMI ikut terlibat di dalamnya, yang menuntut HMI ikut terlibat aktif dalam segala aspek kehidupan. Agar lebih efektif, maka perlu dilakukan pembagian tugas. Wujud dari pembagian tugas itulah lahirnya lembaga-lembaga dalam batang tubuh HMI; salah satunya Kohati. Kedua, Pada mula didirikannya Kohati dengan maksud pengerahan massa dalam Kesatuan Aksi Pengganyangan (KAP) dan ikut terlibat dalam Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI) untuk menumpas Gestapu/PKI, di mana HMI-Wati ikut berpartisifasi aktif. Ketiga, dorongan dari lahirnya berbagai Korp dalam angkatan bersenjata sebagai wadah khusus wanita; seperti Angkatan Laut punya Kowal, Angkatan Darat punya Kowad, Angkatan Udara punya Kowau, Kepolisian punya Polwan, maka HMI punya Kohati. Dibentuknya korp ini adalah untuk mengerahkan masa menghadapi Gestapu/PKI.[5]
Lebih dari sebatas perjuangan politis mempertahankan harkat dan martabat Republik Indonesia dari penghianatan dan pembenrontakan PKI, Kohati lahir juga disebab oleh beberapa hal; Pertama, untuk pembentukan kader-kader HMI-Wati yang dapat membawakan aspirasi HMI yang murni di mana pun mereka berada, dan Kedua, sebab kuantitas dan kualitas HMI-Wati yang semakin meningkat sehingga diperlukan adanya wadah khusus bagi HMI-Wati.[6] Maka berdasarkan beberapa latar belakang di atas, dapat dipetakan dua faktor yang melatarbelakangi lahirnya Kohati, yaitu; faktor politik perjuangan-kebangsaan dan faktor perkaderan ke-akwat-an HMI.

Time to Rise! Menuju Eksistensi Kohati yang Lebih Baik
Nah, singkat cerita latar belakang di balik lahirnya HMI ialah disebabkan oleh dua faktor yang sudah dijelaskan sebelumnya. Poinnya, dengan memperlajari kembali aspek kesejarahan Kohati diharapkan dapat menjadi bahan bagi kepengurusan Kohati Cabang Yogyakarta periode 1439-1440 H/2018-2019 M dalam upaya melakukan rekonstruksi eksistensi organisasi Kohati Cabang Yogyakarta. Setidaknya, di dalam perjalanan kesejarahan Kohati terdapat benih-benih spirit, jiwa, budaya dan bahkan cita-cita ideal Kohati yang mungkin selama ini telah lama hilang ditelan zaman. Maka kepengurusan Kohati yang baru butuh untuk menggali kembali benih-benih positif itu, agar eksistensi Kohati terwujud sebagaimana mestinya.
Sebagai langkah taktis-strategis dalam upaya menggali kembali nilai-nilai ke-Kohati-an yang positif guna mematangkan bahan menuju rekonstruksi eksistensi Kohati Cabang Yogyakarta, maka gerakan literasi dikalangan HMI-Wati se-Yogyakarta harus digalakkan. Gerakan literasi ini harus dipelopori dan dikoordinatori oleh Kohati Cabang Yogyakarta. Dengan demikian sendirinya akan timbul suatu gerakan intelektual kolektif-produktif di kalangan HMI-Wati se-Cabang Yogyakarta. Selanjutnya, sebagai target akhir diharapkan lahirlah eksistensi Kohati yang koheren dengan spirit, jiwa dan cita-cita berdirinya.



[1] Disampaikan pada saat Palantikan Pengurus Korp HMI-Wati Cabang Yogyakarta Periode 1439-1440 H/ 2018-2019 M pada tanngal 27 Muharram 1440 H/ 07 Oktober 2018 M bertempat di Ruang TS II/11 Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
[2] Agussalim Sitompul, Korp HMI-Wati dalam Sejarah, Misaka Galiza, Jakarta, 2008, Hlm. 14
[3] Ibid.
[4] Ibid., Hlm. 16-17
[5] Ibid., Hlm. 11-12
[6] Ibid.

0 comments